Senin, 27 Juni 2011

Sejarah Konflik di Rwanda

Daerah Rwanda yang berbukit-bukit membuat negara ini dijuluki "negeri dengan ribuan bukit." Tetapi negeri kecil yang terapit diwilayah Great Lakes Afrika timur ini lebih dikenal sebagai negara yang menderita salah satu pembunuhan massal terburuk di abad-abad lalu.
Suku Hutus dan Tutsis diam di tempat yang sekarang Rwanda mulai sekitar masa Kristus. Secara umum, Hutus adalah para petani yang komunitasnya menduduki negeri subur ini. Suku Tutsis adalah para pengusaha peternakan yang memindahkan ternak mereka ke padang-padang rumput yang cocok. Seiring waktu Hutus dan Tutsis mengembangkan satu sistem hukum untuk menyelesaikan konflik, dan satu bahasa umum untuk melakukan bisnis.
Di tahun 1884 jerman menjajah sebagian besar Afrika timur-termasuk Rwanda. Selama perang Dunia I, pasukan Belgia yang bermarkas di tempat yang sekarang dikenal sebagai Republik Demokratis Kongo, menyerang Rwanda. Setelah peperangan itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa menyerahkan kekuasaan Rwanda kepada Belgia. Belgia menyatukan Rwanda dan Burundi, bekas jajahan Jerman lainnya, dan memberi nama ulang negara bergabung itu dengan Ruanda-Urundi. Belgia melakkan sedikit hal untuk mengubah sistem golongan di Rwanda, yang lebih menyukai minoritas Tutsis atas mayoritas Hutus.
Di tahun 1959 sekelompok suku Hutus menggulingkan raja Tutsi. Tindakan ini memercikan kekerasan pertama yang menyebar luas antara kedua suku tersebut. sekitar 150.000 penduduk Rwanda melarikan diri ke negara-negara terdekat. Memangada kesepakatan dari pemerintahan baru yang membiarkan Hutus dan Tutsi berbagi kekuasaan, tetapi pada akhirnya Belgia memutuskan untuk memisahkan Rwanda dari Burundi dan memulai proses memberikan kemerdekaan pada kedua negara tersebut.
Rwanda menikmati kedamaian relatif, meskipun ketegangan etnis membara di bawah permukaan sampai tahun 1990 ketika beberapa orang keturunan dari penduduk yang berada di pengasingan tahun 1959 membentuk Rwandan Patriotic Front dan menyerang Rwanda. Peperangan sipil yang terjadi berakhir selama tiga tahun. Di tahun 1994 presiden Hutu Rwanda tewas ketika pesawatnya ditembak jatuh di atas Kigali. Insiden inilah yang banyak dianggap sebagai biang keladi kekerasan etnis yang menyebar luas yang menuntun pada pembunuhan massal hampir 1 juta penduduk, dan membuat sekitar 2 juta penduduk menyelamatkan diri ke negara-negara lain.
(Dikutip Langsung dari Majalah Warta Gereja Advent edisi April 2010. Ke Dalam Rwanda, Oleh Hans Olson)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar